Pada umumnya, balita lebih dahulu dapat menyebut dan menirukan kata
"mama" ketimbang papa. Kenyataan itulah tampaknya yang mengilhami
salah seorang penggagas iklan, untuk memperlihat kekecewaan seorang bapak saat
balitanya tetap saja menyuarakan bunyi mama, ketika ia mencontohkan kata papa.
Syaifudin (2 tahun), seorang anak balita yang beruntung karena orang
tuanya selain terpelajar juga tergolong orang yang berada. Oleh karena itu,
sejak dini ia dilatih dan dikenalkan dengan berbagai macam mainan dan
gambar-gambar binatang. Reza Hamdani dan Huda, orang tua Syaifudin menyediakan
seperangkat alas tulis, kertas buram, dan spidol untuk corat-coret, menggambar,
dan menuliskan apa saja. Pikir orang tuanya, ketimbang mencorat-coret tembok
rumahnya yang bagus lebih baik anaknya corat-coret di kertas. Tetapi, anak
tetap saja anak, sekalipun Syaifudin selalu diawasi pengasuhnya, tetap saja tembok
rumah yang bagus itu dipenuhi oleh gambar dan coretan di sana-sini.
Bukan hanya Syaifudin. Kebanyakan balita biasanya tak akan melewatkan
kesempatan menggambar, mencorat-coret kertas, buku, atau tembok rumah, manakala
mendapat kesempatan untuk itu. Selain memuaskan rasa perasaannya, dengan
mencorat-coret, balita dapat mengekspresikan emosi dan pikirannya dan boleh
jadi menyalurkan bakat dan minatnya. Dengan ketelatenan dan kesabaran orang
tua, kebiasaan corat-coret seorang balita dapat mengantarkannya menjadi seorang
pelukis, jika kebetulan sang balita memang memiliki minat dan bakat ke arah
itu. Corat-coret yang terarah juga dapat membiasakan anak untuk berkomunikasi,
menyampaikan pesan dan ide, bukan melulu secara oral, melainkan melalui gambar
atau tulisan.
Menyampaikan ide secara tertulis alias menulis adalah sesuatu yang
belum mentradisi di negara kita, Indonesia tercinta. Sejatinya,
bangsa Indonesia
lebih pandai bertutur ketimbang menulis. Kita bisa dibuat terkagum-kagum oleh
kepandaian para mubaligh dalam berolah kata dan berolah suara saat menyampaikan
ajaran-ajaran agama. Kita juga bisa terpana mendengar dan menyaksikan
kepiawaian para pembaca acara atau presenter saat memandu atau membawakan suatu
acara, baik pada siaran langsung maupun di layar kaca.
Sekalipun punya fungsi dan misi yang sama, menyampaikan ide atau
pesan, menulis berbeda dengan bertutur. Bertutur bisa dan amat sering dilakukan
dengan spontan, dan karena itu sang penutur tak harus terikat dengan berbagai
aturan. Cukuplah asal pesan yang disampaikan komunikator dapat diterima
komunikannya, pembicaraan dapat berjalan dengan lancar. Lupakan aturan
berbahasa dengan baik dan benar adakalanya bahkan persetan dengan berbagai tata
aturan kesopanan.
Tidak demikian dengan menulis. Sebelum memutuskan berbahasa dengan
baik dan benar, belum apa-apa seorang penulis sudah dihadang dengan berbagai
aturan ejaan dan penulisan. Selain itu, karena terdokumentasikan, dalam bahasa
tulis kesalahan berbahasa tidaklah bisa disembunyikan. Jika saat bertutur
seorang komunikator dapat menggunakan kelebihan penampilan fisiknya untuk
menutupi berbagai kelemahannya, hal itu tak dapat dilakukan pada saat menulis.
Untuk mengikat pembaca, seorang penulis bukan hanya dituntut memainkan
"pena"-nya, tetapi juga harus menawarkan cakrawala berpikir yang
tidak sempit. Hal itu hanya biasa diperoleh jika sang penulis adalah orang yang
rajin membaca, dapat memahami bacaannya, dan mampu berimajinasi serta
mengembangkan berbagai ide dari pesan-pesan yang telah ia rangkum lewat bacaan.
Banyak orang mengetahui manfaat dari membaca, sayangnya, baru
sebatas kesadaran, belum meningkat menjadi hobi apalagi sebagai suatu kebutuhan
seperti halnya makan dan minum. Minat baca masyarakat kita masih tergolong
rendah, bahkan sangat rendah, bila dibandingkan negeri-negeri tetangga, apalagi
negara-negara modern. Yang lebih memprihatinkan lagi karena rendahnya minat
baca apalagi menulis, justru ditemukan pada lapisan menengah yang lebih
terdidik.
Bahkan Alquran mengajarkan kepada kita untuk membaca, "Iqra bismi
robbika alladzi khalaq". Tetapi, kalau tidak ada yang dibaca apanya
yang harus dibaca? Oleh karena itu, boleh jadi maksud lain dari ayat tersebut
secara tersembunyi Allah SWT. mengajarkan kita untuk menuliskan ilmu apa pun
yang bermanfaat demi kemaslatan umat manusia pada umumnya.
Sejak usia berapa anak diajari membaca?
BalasHapusbacaan seperti apa yang baik buat anak 2 tahun
BalasHapuspemilik blognya mana nih? mau tanya lagi ni
BalasHapusSelamat malam mohon maaf baru balas....Ijin bu Eli anak di ajari membaca sejak orang tuanya mau membaca....
BalasHapusOmm Syaif yang baik bacaan yang bisa di baca...